18.8.09

PAIN | HAPPY | BEAUTIFUL | MAN | WOMEN | EKSPLOITASI !!

Saya menemukan offline message di YM, berbunyi begini :
- Dicari Wanita usia 17 - 25 tahun, cantik, Body Mulus, Tinggi 165 - 170, Berat Badan Ideal (Langsing), SIAP CASTING (Iklan/film/sinetron) hubungi : A**** Hp : 0818 728 *****

Cantik selalu identik dengan fisik yang nyaris sempurna, wajah mulus tanpa jerawat, bodi langsing tinggi semampai, dengan kulit putih mulus tanpa cacat ! pencitraan ideal yang selalu diinginkan semua pria, perempuan masihlah menjadi eksploitasi di layar kaca kita,industri media yang berkembang pesat seperti nyaris tanpa filter yang tepat, dan lagi-lagi tubuh perempuan menjadi komoditas yang segar untuk kemudian diperjualbelikan dengan begitu bebasnya, sebagai pandangan hidup (dipandangin hidup-hidup) bagi masyarakat patriarki. seperti iklan offline di YM tadi, perempuan dan tubuhnya wajib berpenampilan cantik layaknya barbie, dada penuh, pantat utuh, seksi, montok dan langsing, seolah-olah di dunia ini tak ada lagi tempat bagi perempuan tak bertubuh langsing, lihatlah iklan pemutih kulit yang begitu banyak berseliweran di televisi, perempuan yang tidak putih digambarkan dijauhi oleh para pria, tapi setelah ia menggunakan produk pemutih, para pria pun berbondong-bondong "nemplok" ...aih ! Adilkah ini ? saya kok merasa perjuangan R.A Kartini yang menuntut persamaan gender jadi tersia-siakan ya...Perempuan seolah-olah digambarkan hanya sebagai pemuas nafsu mata laki-laki, perempuan ya hanya seperti itu saja, tetap sebagai warga kelas dua, berpenampilan wajib seksi, dan harus bisa memuaskan pasangannya.
Kecantikan menjadi syarat wajib membuat penilaian tubuh yang melibatkan erotika seperti penilaian seksual (baca Baudrillard, 1970)
seolah-olah tubuh perempuan hanya diberikan makna sebagai SEKS semata-mata. dan status ini yang kemudian dibawa-bawa kemana pun perempuan melangkah, dianggap sebagai objek, direndahkan derajatnya, dijadikan benda dan komoditas, serta dibeli atau dijual. aduh !
Sebagai objek, perempuan berada pada sebuah jalur yang sudah ditetapkan oleh pasar atau Industri. Dan televisi seolah-olah melegalkan hal ini, dengan secara aktif menayangkan iklan-iklan produk kecantikan demi melanggengkan penampilan perempuan sebagai objek pandangan hidup tadi, ini dilakukan demi menarik jumlah penonton semata.
tapi kadang juga saya menemui sejumlah perempuan yang dengan sengaja mengobral dada, paha mulus dalam image-image profile di situs-situs pertemanan, dengan dalih inilah gw, perempuan masa kini, kekinian, modern dan narsis.
Narsis atau narsistik sebenarnya adalah sebuah gejala gangguan kejiwaan, dan hal ini timbul akibat berlebihnya pujian dan penghormatan yang diterima berulang kali dari individu lain, sebagai contoh saya pernah di-add oleh seseorang dengan inisial VL di sebuah situs pertemanan, saya cukup geli melihat semua poto yang ter-upload di profilenya, dengan belahan dada rendah, rok mini mempertontonkan paha mulusnya, ia pun berdalih bahwa ia mencintai dirinya sendiri, dan menyuruh saya untuk tutup mulut karena terlalu sering menyindirnya. walhasil, maaf kata, si V
L ini terpaksa di remove, harusnya ia membaca buku psikoanalisa-nya Freud, tentang NARSISME, merasa bahwa dirinya cantik, mencintai diri sendiri terlalu berlebihan, mengharapkan dipuja-puji oleh lawan jenis, dan kerap bergaya seperti model adalah gejala awal gangguan jiwa, dan jika banyak perempuan yang seperti ini, rasanya semakin sia-sia saja para aktivis gender di luar sana yang teriak-teriak menuntut persamaan hak. karena ternyata masih ada perempuan yang seperti si VL ini. hobi mengeksploitasi diri sendiri.

lalu apa gunanya RUU APP yang dulu pernah ribut-ribut dibahas ? yah, saya merasa tak ada pengaruhnya sedikitpun. dan satu hal lagi, masih belum ada kesepakatan yang jelas antara kepentingan industri, televisi dan agama yang tetap saja menempatkan perempuan sebagai objek, walau kadang si perempuan sendiri ternyata suka rela menjadi objek, lha kalo kayak gini kapan rampungnya ya ?